Menelusuri Jejak Pahlawan Di Surabaya
Menelusuri Jejak Pahlawan Di Surabaya – Dikenal sebagai Kota Pahlawan, Surabaya memiliki banyak situs bersejarah seperti istana, jembatan, dan hotel yang menjadi saksi bisu perjuangan para pahlawan. (Transportasi Tinggi)
Dari Palace Bridge hingga City Hotel, ada banyak hal yang tidak hanya menarik untuk dilihat tetapi juga patut untuk dijelajahi.
Menelusuri Jejak Pahlawan Di Surabaya
Terletak di Jalan Pahlawan, Alon Alon Kantong, Bubutan, Kota Surabaya, monumen ini terletak di tengah Taman Cabin Rojo depan Kantor Gubernur Jawa Timur.
Menelusuri Jejak Sejarah Dan Pesona Modern Di Jalan Tunjungan Surabaya
Selain bangunan berbentuk limas, museum ini juga menyimpan replika suara Bang Tomo dan senjata yang digunakan dalam pertempuran.
Gedung Seola yang terletak di Jalan Tanjungan, Distrik Genting, Surabaya, awalnya merupakan sebuah perusahaan tekstil terkenal milik investor asal Inggris pada tahun 1877.
Hotel Majapahit yang dulu bernama Hotel Oranje, Hotel Yamato, dan Hotel Hotero menjadi saksi bisu pembongkaran bendera Belanda merah putih biru yang dilakukan masyarakat Surabaya.
Meski telah dipugar, namun gaya Art Nouveau dan Art Deco era kolonial masih tetap dipertahankan sehingga memberikan kesan klasik dan estetis.
Jejak Pejuang Muslim Dalam Kemerdekaan
Jembatan yang menghubungkan wilayah timur dan barat Surabaya ini terletak di Kali Mas dan dibangun pada masa pemerintahan Jenderal Dandels.
Gedung tersebut menjadi markas tentara Sekutu saat pertama kali tiba di Surabaya dan menjadi lokasi penembakan 30 Oktober 1945 yang menandai dimulainya hari ke 10 peristiwa besar November 1945.
Menelusuri sejarah kota tersebut tidak hanya memberikan pengalaman unik kepada para wisatawan namun juga menambah pemahaman tentang perjuangan sang pahlawan. (Ibnu/**)
Air Terjun Kedung Kayang: Wisata lingkungan misterius di ketinggian 1.200 Mdpl yang memperingati perang 10 November 1945 sebagai Hari Pahlawan Nasional. Pada perayaan tahun ini, Jatim mengajak para penggemarnya untuk mengikuti jejak pertarungan tersebut.
Menelusuri Wisata Kota Tua Dan Bangunan Bersejarah Di Surabaya
Perang di Surabaya saat itu secara umum terbagi menjadi dua fase. Pertempuran pertama berlangsung selama tiga hari pada tanggal 28 hingga 30 Oktober 1945. Dalam pertempuran ini, para pejuang dan Serbia menang.
Tentara Inggris mendapat tekanan berat dan menuntut gencatan senjata dari Presiden Sukarno. Namun, saat negosiasi gencatan senjata sedang berlangsung, perwira Inggris Mayor Jenderal AWS Malaby tewas dalam insiden di Jembatan Merah.
Inggris murka dan memberikan batas waktu kepada pejuang Surabaya tanggal 10 November 1945 setelah pukul 06.00 WIB untuk menyerah. Namun para pejuang mengabaikan tenggat waktu.
Maka dimulailah perang kedua, perang 10 November 1945. Inggris memasang target tiga hari untuk merebut Surabaya. Namun, perjuangan para pejuang berlangsung sengit.
Ragam Telusur: October 2022
Akibatnya, Inggris dikalahkan begitu saja dan mengusir para pejuang tersebut keluar dari Surabaya pada tanggal 21. Pertempuran di Surabaya dinyatakan usai.
M.C. Dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008), Ricklefs menyebutkan banyak nyawa melayang di Indonesia. Ia mengatakan, perjuangan ini merupakan pengorbanan untuk mempertahankan kebebasan yang telah dicanangkan.
“Perjuangan mereka yang berdedikasi menciptakan simbol dan seruan persatuan demi revolusi,” kata Recliffes merujuk pada Jawa Timur.
Pemerintah kemudian menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional. Janji ini tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari Nasional yang bukan merupakan hari libur umum, dan ditandatangani oleh Presiden Sukarno Museum Togo Pahlwan yang berlokasi di Jalan Pahlwan no. 73 merupakan salah satu ikon wisata sejarah paling terkenal di Kota Pahlawan Surabaya. – Deva Nada Salisbella-
Menelusuri Jejak Keraton Surabaya
Museum Tugu Pahlawan terletak di Jalan Pahlawan no. 73 merupakan salah satu ikon wisata sejarah paling terkenal di Kota Pahlawan Surabaya.
Museum ini didirikan untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam perang 10 November 1945 melawan penjajah Belanda.
Selain diorama, museum ini juga menyimpan artefak sejarah seperti senjata, pakaian, dan bendera yang digunakan pada pertempuran 10 November.
Museum Pejuang Tagus memiliki beberapa ruangan diorama yang menceritakan peristiwa penting Perang 10 November, antara lain:
Pos Bloc Surabaya (@posblocsby) • Instagram Photos And Videos
Pengunjung juga bisa belajar tentang semangat juang dan pengorbanan para pahlawan untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Waktu terbaik berkunjung: Museum Tugu Pahlawan buka setiap hari Selasa – Minggu mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB. Waktu terbaik berkunjung adalah pada pagi atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas.
Harga Tiket: Tiket masuk Museum Tugo Pahlwan sangat terjangkau: Rp 5.000 untuk umum dan Rp 3.000 untuk pelajar.
Pemandu Wisata: Pengunjung dapat menggunakan jasa pemandu wisata untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai museum dan sejarah perang 10 November. (mg15) Surabaya – Pemerintah (Pemkot) Surabaya melalui Departemen Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disbudporapar) akan menggelar “Refleksi Teatrikal Robeknya Bendera Lagi pada 19 September 1945”.
Doktor Ilmu Ekonomi Untag Surabaya
Acara tersebut akan digelar pada Minggu (22/9/2024) mulai pukul 08.00 WIB di depan Hotel Majapahit Jalan Tanjungan.
Acara ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2009. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa nasionalisme khususnya di kalangan generasi sekarang.
Hidayat Syah, Ketua Disbud Purpur, menjelaskan acara teater tersebut akan dihadiri ribuan pelajar, veteran, komunitas teater Surabaya, Pasukan Sepeda Kuno, dan komunitas sejarah Surabaya.
“Untuk tahun 2024 ini judul lakonnya adalah ‘Barakabarla My Bandra’. Acara berlangsung pukul 08.00 hingga 10.00 WIB di depan Hotel Majapahit atau dahulunya Hotel Yamato,” ujarnya.
Bu Dariah: Pahlawan Perempuan Dari Jawa Timur Yang Berjuluk Bu Dar Mortir
Gambaran pembongkaran bendera tersebut merupakan catatan sejarah bahwa pada tanggal 19 September 1945, dilakukan pembongkaran bendera di Hotel Mujafit yang dulu bernama Hotel Yamato, tambahnya.
Hidayat mengatakan, “Di mana masyarakat Surbuyo melihat Belanda mengibarkan benderanya dan merobohkannya serta menggantinya dengan bendera merah putih, maka tanggal tersebut harus selalu dikenang oleh masyarakat dan patut dikenang oleh masyarakat Surbuyo.” bisa mengarah pada pendidikan,” kata Hidayat. “Hidayat kemudian berkata.
Menariknya, acara tersebut akan dihadiri oleh Wali Kota Surabaya Ari Kahadi yang berperan sebagai tokoh warga Sudirman.
79 tahun yang lalu, ada kegiatan pengibaran bendera di depan Hotel Yamato yang sekarang dikenal dengan Hotel Majapahit yang terletak di Jalan Tanjungan.
Membangun Kawasan Wisata Kampung Peneleh, Dapur Kebangsaan Indonesia Di Surabaya
Pasalnya pada tanggal 18 September 1945, bendera Belanda dikibarkan untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda yang dikirimkan oleh Ploughman, salah satu pemimpinnya.
Tak hanya itu, aksi serupa juga dilakukan Quesno yang berhasil mencapai puncak dengan menaiki tangga dari dalam hotel.
Koesno kemudian dengan cepat menjatuhkan bendera Belanda, merobek bagian biru bendera Belanda, sehingga yang tersisa hanyalah bendera merah putih, bendera Indonesia.
Aksi ini menjadi kisah sejarah pahlawan muda Surabaya. Hal ini juga menunjukkan kecintaan masyarakat Surabaya terhadap Indonesia, salah satu wujud perjuangan kemerdekaan Indonesia. Surabaya merupakan pusat perkotaan, komersial, dan ekonomi di Jawa Timur. Tidak banyak yang mengetahui kalau dahulu ada istana di Surabaya.
Serunya Keliling Kota Tua Surabaya, Banyak Gedung Megah Bersejarah Serasa Di Eropa
Peninggalan keraton masih ada di Surabaya meski hampir terlupakan. Kota yang mengukir sejarah pada masa perjuangan kemerdekaan, Surabaya memiliki banyak bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda.
Salah satu monumen yang paling terlupakan adalah istana yang dibangun di Surabaya. Menurut situs resmi pemerintah Surabaya, istana tersebut telah dibongkar sejak Belanda mengambil alih Surabaya.
Sisa istana adalah desa. Desa tersebut terletak di Gang Kraton II, Desa Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan.
Kadipaten Surabaya konon merupakan pusat kerajaan perdagangan dan transportasi di Jawa Timur. Surabaya memasuki masa kejayaan setelah berpisahnya Sultan Rayap.
Moeljono-sariredjo, Dua Pejuang 10 November Cikal Bakal Kecamatan Mulyorejo
Karena lokasinya di Delta Brantas dan jalur perdagangan antara Malaka dan Kepulauan Maluku melalui Pulau Jawa, kawasan ini menjadi pelabuhan terpenting di pantai timur laut Jawa pada awal abad ke-17 Masehi.
Saat ini Surabaya memperluas pengaruhnya di Jawa Timur bersama sekutunya Pasurawan. Hal inilah yang menyebabkan Sultan Agung, penguasa kerajaan Mataram saat itu, menjadikan Surabaya sebagai bagian dari kerajaannya.
Penaklukan selanjutnya dilakukan tahun demi tahun oleh Sultan Mataram. Pada tahun 1625, terjadi serangan terakhir oleh Sultan Agung yang memaksa Adipati Jayalengkara menyerah dan kerajaan Surabaya jatuh ke tangan Sultan Agung Mataram. Sultan Agung tetap mengizinkan Adipati tinggal dan memimpin Surabaya di bawah kekuasaan Mataram.
Perang Surabaya yang terjadi pada tahun 1710-1723 semakin menghapuskan peninggalan kemegahan Surabaya. Sisa tembok istana kini menjadi pintu gerbang menuju benteng. Beberapa daerah di Surabaya juga diberi nama istana. Jakarta – Surabaya, Jawa Timur didirikan pada tahun 1293. Tak heran jika banyak peninggalan sejarah dan cerita dari kota pahlawan ini. .
Rekomendasi Wisata Anti-mainstream Di 5 Tempat Kelahiran Pahlawan Nasional
Salah satu situs peninggalan sejarah kota ini adalah Keraton Surabaya. Bangunan mirip gapura berwarna putih ini terdapat di Jalan Pengela, Alon Alon Kantong, Bubutan, Surabaya. Banyak yang mengatakan bahwa gerbang ini merupakan bagian dari gerbang istana. Selain itu, tidak ada jejak sisa-sisa istana ini.
Oleh karena itu, masih banyak orang yang bertanya-tanya tentang keberadaan monumen ini. Untuk mengetahui kebenarannya, diperlukan bukti sejarah untuk membuktikannya. Pengamat Kota Johan Silas menjelaskan banyaknya bukti sejarah keberadaan Keraton Surabaya.
Dalam sebuah wawancara, dia mengatakan ada seorang pendeta yang datang ke Istana Surabaya. Peristiwa itu ditulis ulang dan dijadikan buku.
Buku asli tentang kunjungan Pendeta Valentjen ke Istana Soerabaia sudah ada di buku aslinya dan dikutip oleh von Faber di Oud Soerabaia, kata Johann Silas saat berbincang dengan Johann Silas.
Merawat Cagar Budaya Indonesia Di Kota Surabaya
Bukti lain yang juga disampaikan John Silas adalah dari surat Herman William Dandels sekitar tahun 1935. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa Dandel tidak senang menerima tamu di Istana Surabaya. Keluarga Dandal akhirnya menghancurkan istana tersebut dan menggantinya dengan bangunan lain.
“Ada surat yang menyebutkan Dandels meminta uang kepada pemerintah Belanda. Surat itu masih disimpan di Prancis,” kata Johan Silas.
Ada pula catatan seorang sahabat Adipati datang ke Keraton Surabaya dengan membawa seekor gajah. Berdasarkan beberapa bukti sejarah, Johan Silas membenarkan Istana Surabaya memang ada.
Ia menduga Keraton Surabaya sudah ada jauh sebelum Pertempuran Surabaya dengan Sultan Agong pada tahun 1623 M. Johan Silas mengatakan tidak ada jenazah yang tersisa di Istana Surabaya.
Rekomendasi Wisata Seru Di Lima Tempat Kelahiran Pahlawan Nasional
Jika melihat keadaan kota saat ini, jejak Keraton Surabaya hanya terlihat pada daerah atau nama daerah yang ada. Johann Silas mencontohkan dengan “Bobutan”. Bobutan berasal dari kata Bototan yang berarti pintu. Sebelumnya ada sebuah gerbang.